Sabtu, 11 Desember 2010

Makalah Akhlaq

uhm......
lama juga gag mampir ke bloggerq.....
segenap aktivitas kuliah menyedotq ke dalam sebuah pusaran rumit.....
humh.......
nih,,,q ada sedikit ilmu tentang akhlaq...
q share y.....
AKHLAQ

A. Definisi Akhlaq
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata Akhlak diartikan sebagai Budi Pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa arab ( yang biasa berartikan tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama ), namun kata seperti itu tidak ditemukan. Hanyalah bentuk tunggal kata tersebut, yaitu : Khuluq yang tercantum dalam AlQur’an ayat 4 suratAlQalam :
وإنك لعلى خلق غظيم
“Sesungguhnya engkau ( Muhammad ) berada di atas budi pekerti yang agung”
( Q.S Al-Qalam : 4 ).
Kata Akhlak banyak ditemukan dalam hadits-hadits Nabi SAW, dan yang paling populer adalah :
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق ( رواه مالك ).
Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Akhlak merupakan perbuatan yang lahir dari kemauan dan pemikiran, dan mempunyai tugas yang jelas dan dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah : Jalan menuju kebahagiaan manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat.
Keluarga Muhammad SAW telah menanamkan ajaran-ajaran yang membimbing kita menuju kebahagiaan yang diimpikan semua orang.Bahkan lebih dari itu, kita dapat mengambil faedah dari Akhlak yang telah diajarkan Rasulullah SAW dan keluarganya untuk berhias diri dengan ajaran Rasul SAW, serta membentuk keperibadian kita pada sosoknya yang paling baik, paling cemerlang dan suci.
Al-Mufadhdhal bin Umar meriwayatkan dari Al-Shadiq yang mengatakan : “Hendaklah kamu sekalian memiliki akhlak mulia, karena sesungguhnya Allah SWT mencintainya, dan hendaklah kalian menjauhkan diri dari perangai buruk karena Allah SWT membencinya.”
B. Akhlak Islami
1. Akhlak Rasulullah SAW.
Akhlak Rasulullah SAW adalah :AlQur’an. Beliau membenci apa yang dibenci AlQur’an dan merasa senang apa yang disenanginya. Tidak dendam dan marah kepada seseorang kecuali jika melakukan hal-hal yang diharamkan Allah SWT, sehingga kemurahannya karena Allah SWT.
Rasulullah SAW merupakan orang yang paling jujur ucapannya, paling memenuhi tanggung jawabnya, paling lembut perangainya, paling mulia pergaulannya, lebih pemalu dari perawan pingitan, rendah hati dan selalu berpikir, tidak keji dan tidak pengutuk, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tapi membalasnya dengan memberi maaf dan jabat tangan, barangsiapa meminta suatu kebutuhan maka tidak pernah ditolaknya dengan hati kasar dan sikap keras,tidak pernah memotong pembicaraan orang lain kecuali jika bertentangan dengan kebenaran sehingga memotong pembicaraannya dengan larangan atau berdiri, tidak menganggap bohong kepada sesorang, tidak dengki kepadanya dan tidak memintanya untuk bersumpah.
Rasulullah SAW menjaga tetangganya dan menghormati tamunya, waktunya tidak pernah berlalu tanpa beramal untuk Allah SWT atau mengerjakan sesuatu yang harus dikerjkan.Cinta kepada optimisme dan benci kepada pesimistisme, jika ada dua pilihan maka beliau memilih yang paling mudah di antara keduanya selama tidak merupakan dosa.Senang menolong orang yang membutuhkan dan membantu orang yang teraniaya.
Rasulullah SAW juga senang kepada sahabat-sahabatnya, bermusyawarah dengan mereka, dan memeriksa mereka, barangsiapa sakit dikunjunginya, barangsiapa tidak hadir diundangnya, barangsiapa meninggal dunia dido’akannya serta menerima alasan orang yang uzur kepadanya. Baginya orang yang kuat dan orang yang lemah mempunyai hak yang sama. Beliau juga berbicara, jika orang menghitung pembicaraannya tentu akan dapat menghitungnya karena kefasihah dan pelannya. Di samping itu beliau juga bergurau dan tidak mengucapkan sesuatu kecuali kebenaran.
2. Sopan Santun dan Kerendahan Hati Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW adalah orang yang paling sayang dan hormat kepada para sahabatnya, memberi tempat lapang kepada mereka jika kesempitan, memulai salam kepada orang yang dijumpai, dan jika berjabat tangan dengan sesorang tidak pernah melepaskan sebelumorang tersebut melepaskan tangannya.
Rasulullah SAW adalah orang yang paling rendah hati, jika berada bersama pada suatu kaum dalam mejelis selalu duduk bersama mereka dan tidak berdiri sebelum majelis selesai. Setiap yang duduk bersama beliau diberi haknya masing-masing sehingga tidak seorangpun yang merasa bahwa orang lain lebih mulia daripada dirinya di hadapan Rasulullah SAW. Jika seseorang duduk di dekatnya, beliau tidak berdiri sebelum orang tersebut berdiri kecuali jika ada urusan yang mendadak, maka beliau meminta izin kepadanya.
Rasulullah SAW benci kepada orang yang berdiri menghormatinya. Dari Anas bin Malik ra berkata : “ Tak seorangpun yang mereka cintai lebih dari cinta mereka kepada Rasulullah SAW, tapi jika mereka melihat Rasulullah SAW, mereka tidak berdiri untuk menghormati beliau karena beliau benci hal yang demikian” ( HR Ahmad dan At Tirmidzi ).
Beliau menyenangi hal-hal yang baik dan tidak suka kepada hal-hal yang tidak baik seperti bawang putih dan bawang merah atau yang serupa dengannya, beliau haji sambil mengatakan :
اللهم هذه حجة لارياء فيها ولاسمهة ( رواه المقدسى )
“Ya Allah SWT, ini adalah benar-benar haji yang tidak ada riya dan tidak mencari popularitas di dalamnya “ (HRMaqdisi ).
C. Teladan Nabi
Yang Maha Agung berfirman dalam Al-Qur’an “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah SWT” (QS. Al-Ahzab : 21)
Salah satu sumber “suri teladan” adalah perilaku Rasulullah Swt satu dari sekian banyak rahmat Allah Swt dan bagian dari kebanggaan kita sebagai umat Islam, dibandingkan dengan pengikut agama lain, terletak pada fakta bahwa sebagian besar perkataan otentik Rasulullah (sesuatu yang tidak kita ragukan lagi diucapkan langsung oleh Rasulullah) sekarang masih berlaku bagi kita.
Bukan hanya perkataan-perkataan beliau saja yang mengandung makna yang tersembunyi, bahkan perilaku Rasulullah Saw sendiri merupakan subjek untuk penafsiran yang sudah seharusnya direnungkan secara mendalam. Dalam Al-Qur’an dikatakan : “Sesungguhnya telah ada dalam (diri) Rasulullah Saw itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah Swt dan kedatangan hari akhir dan dia banyak menyebut nama Allah Swt ( QS. Al-Ahzab : 21)
Sebagaimana telah disebutkan dalam ayat Al-Qur’an di atas, perilaku Rasulullah Swt adalah suri teladan bagi pengikutnya.Keberadaan beliau bagaikan sebuah sumber atau titik pusat semua tindakan dan hukum.Riwayat kehidupan Rasulullah Swt bukan untuk kepentingan cerita semata, tetapi lebih penting lagi adalah penafsiran dan penerapan perilaku yang beliau contohkan untuk kita.
Akhlak yang diajarkan nabi adalah akhlak yang membimbing manusia tentang bagaimana cara hidup, dan bukan tantang bagaimana cara untuk mati. Nabi Saw adalah contoh hidup dari apa yang diajarkannya itu. Sabda RasulullahSaw :
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق ( رواه مالك ).
“Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan Akhlak”
D. Misi Nabi Muhammad
Kehadiran Muhammad sebagai nabi dan utusan Allah membawa beberapa misi.Di antaranya ada yang boleh disebut sebagai misi-misi utama. Misi pertama ialah membangun moral manusia, sebagaimana sabdanya, ’’Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) tak lain dan tak bukan adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia’’.
Sabda Rasullulah itu kalau kita selami maknanya dengan mendalam, mengandung maksud bahwa beliau bertugas meningkatkan atau menyempurnakan akhlak manusia.Artinya, manusia itu pada dasarnya telah memiliki benih-benih moral secara elementer.
Kedatangan Rasullulah adalah untuk menyempurnakannya. Sebagai contoh, suku-suku bangsa di pendalaman yang masih asli dan belum terpengaruh oleh suku-suku bangsa yang telah berbudaya/beradab (civilized), mereka sudah menyadari untuk menutup bagian-bagian tubuhnya yang vital (alat genital). Manusia dalam tingkat budaya primitif juga telah memiliki kesadaran moral, bahwa mencuri, membunuh manusia, berkhianat, mengganggu istri orang lain adalah perbuatan tercela. Maka kedatangan agama Islam adalah untuk menyempurnakan benih-benih moral tersebut.
Menurut ajaran Islam, akhlak mempunyai ruang lingkup yang luas, yaitu meliputi hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dengan hewan, dengan tumbuhtumbuhan, dan dengan alam. Dengan demikian setiap muslim hendaknya memelihara hubungan yang baik dengan Tuhan, dengan sesama manusia, memelihara kehidupan hewan dan tumbuh-tumbuhan serta melestarikan alam, dan bukannya merusak hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam. Dengan memahami pengertian akhlak yang luas itu, maka, sekadar contoh, menggunduli hutan secara sembarangan, misalnya, sama halnya dengan mengabaikan akhlak Islam.
Misi yang kedua adalah kedatangan Nabi Muhammad SAW dengan membawa agama Islam adalah untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana tersebut dalam Alquran Surat Al-Anbiya’ ayat 107, yang artinya: ’’Dan tidaklah Aku mengutus engkau (Muhammad) kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam’’.
Seorang ahli tafsir Alquran dari India, A Yusuf Ali, dalam kitabnya ’’The Holy Quran’’ menjelaskan, bahwa Islam menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia dan makhluk selain manusia yang mempunyai pertanggungjawaban spiritual. Dalam kitab tafsirnya itu disebutkan, tidak ada persoalan tentang bangsa atau suku bangsa, dalam arti tidak membeda-bedakan, bangsa terpilih, keturunan Ibrahim, keturunan Dawud, keturunan Hindu Arya-varta, Yahudi, Arab, Persia, Turki, Tajik, Eropa, Asia, kulit putih, kulit berwarna, Arya, Semit, Mongol, Afrika, Amerika, Australia, atau Polinesia, Islam hendaknya menjadi rahmat bagi mereka.
Kata rahmat secara harfiah berarti kasih sayang atau cinta kasih.Dalam pengertian luas, rahmat mengandung pengertian segala sesuatu yang membawa maslahat atau kebaikan, seperti kesejahteraan lahir batin, kedamaian, kemajuan, dan sebagainya. Umat Islam seyogyanya memahami misi Islam tersebut, sebab Allah telah memuliakan kedudukan umat manusia, dan oleh karenanya Allah mengangkat mereka menjadi khalifah di bumi, sebagaimana tersebut dalam Alquran Surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya: ’’Dan ingatlah, ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat, Aku akan menjadikan (manusia) sebagai khalifah di bumi’’.
E. Pendidikan Akhlaq Dimulai dari Rumah
Kisah mengenai kehancuran dan kebinasaan beberapa umat terdahulu yang dipaparkan al-Quran wajar menjadi iktibar dan renungan.Satu pengajaran penting yang dapat kita manfaatkan daripada semua kisah itu adalah persoalan mengenai akhlak atau moral.
Umat akhir zaman mungkin tidak dibinasakan seperti Allah membinasakan kaum Nabi Lut tetapi kita mungkin diturunkan pelbagai bentuk bala seperti ditarik keberkatan dan ketenangan hidup. Paling malang, apabila Allah memberikan kehinaan kepada umat itu melalui lidah dan tindakan musuh yang tidak henti mempermain dan mempersendakan mereka.
Sesetengah orang mungkin bertanya atau mempersoalkan bahawa umat Islam pada zaman Nabi SAW dan sahabatnya juga pernah dihina dan diperangi musuh. Justru, mereka menyimpulkan apa bedanya dengan keadaan yang kita hadapi sekarang.
Memang betul umat Islam akan diuji oleh musuh sepanjang zaman. Namun, dalam konteks ini hendaklah kita sadar apa yang umat Islam terdahulu hadapi adalah cobaan keimanan dan ketakwaan dalam menegakkan agama Allah.
Ketika itu mereka benar-benar bekerja dan berdakwah untuk agama Allah.Oleh kerana itulah mereka selalu dibantu Allah untuk menewaskan musuh.Selain itu, mereka juga mampu menebus maruah umat Islam melalui perpaduan dan semangat persaudaraan berasaskan akidah tauhid.
Mereka benar-benar memiliki pendapat yang satu dan teguh sehingga musuh tidak mampu memperkotak-katikkan umat Islam ketika itu.Kuasa politik umat Islam waktu itu sangat padu, kuat dan kukuh.
Mereka dikasihi Allah kerana berada dalam barisan (saf) yang teratur rapi seolah-olah sebuah bangunan tersusun kukuh.
Sebaliknya, hari ini umat Islam tidak henti-henti ditimpa ancaman musuh dan kita gagal sama sekali berhadapan dengan mereka. Kita bukan saja tidak memiliki pemikiran yang satu malah perpaduan kita amat rapuh sekali.
Keadaan itu diburukkan lagi apabila ada kalangan umat Islam hari ini menghadapi krisis akidah dan keruntuhan akhlak.Mereka menjadi pengikut barat dalam pelbagai ragam pemikiran dan ideologi.
Contohnya, masalah keruntuhan akhlak yang melanda generasi muda Islam hari ini.Ramai anak muda Islam hanyut dalam pemikiran dan kehidupan bebas datang dari barat seolah-olah sudah menjadi lumrah dalam kehidupan mereka. Kecintaan pada cara hidup Islam tidak menyeluruh, tidak konsisten atau tidak istiqamah.
Hakikatnya, fenomena keruntuhan akhlak dapat dilihat dengan mudah di sekeliling kita. Skenario keruntuhan akhlak yang berlaku pada hari ini sudah cukup membuatkan kita cemas mengenai masa depan generasi kita.
Kebimbangan terhadap perkara ini ada asasnya kerana merekalah yang bakal mewarisi dan mewarnai negara pada masa depan. Mereka juga adalah penentu keutuhan jati diri bangsa, agama dan negara.
Semua bentuk perlakuan sosial di luar lingkaran akhlak Islamiah tidak menguntungkan bukan saja kepada kehidupan umat Islam, malah masyarakat dan negara.Maruah sesuatu bangsa boleh tercemar jika ramai anak mudanya terbabit atau mendominasi sesuatu gejala negatif merusakkan.
Selaku penganut Islam, kita perlu sadar bahwa semua nilai dan peraturan hidup mestilah diasaskan kepada nilai akhlak dituntut oleh agama, budaya dan adat bangsa kita.
Betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan kita dapat dimengertikan melalui doa Baginda Rasulullah SAW yang bermaksud, “Ya Allah, jadikanlah pada akhlakku mulia sebagaimana Engkau menjadikan jasadku baik.” (Hadis riwayat Ahmad)
Satu lagi hadis Nabi SAW yang bermaksud: “Sesungguhnya orang yang sangat dicintai dan sangat dekat kedudukannya kepadaku pada hari akhirat ialah orang Islam yang paling baik akhlaknya dan sesungguhnya orang yang paling dibenci di kalangan kamu di sisiku dan yang paling jauh dariku di akhirat ialah orang yang buruk akhlaknya.” (Hadis riwayat Ahmad)
Berbagai masalah sosial melanda umat Islam, khususnya di kalangan anak muda hari ini adalah kerana kurangnya penghayatan terhadap nilai sedia ada dalam ajaran Islam. Justeru, untuk membina kembali imej dan umat Islam, maka kita perlu membangun dan membetulkan landasan akhlak mereka.
Kita perlu kembali menitik beratkan pendidikan akhlak yang tapak awalnya bermula di rumah dan kemudian nilai itu perlu diperkaya serta diperkukuhkan lagi melalui institusi pendidikan formal.
Perlu disadari, sumber pembinaan akhlak untuk membentuk personaliti dan jati diri umat Islam sudah tersedia dan terhidang di dalam al-Quran dan sunnah. Inilah satu-satunya warisan dan khazanah suluhan hidup umat Islam yang sepatutnya menjadi contoh teladan umat manusia.


hehehehe,,,,,,,,,itu hasil makalah agama q.....
n ALHAMDULILLAH....bisa q present dg memuaskan...hehehehe
enjoy it^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar untuk mengapresiasi Karya Seni =)
jangan lupa gunakan kata yang sopan dan tidak berbau SARA yah =)
thank's......