Jumat, 14 September 2012

Diary Putri* ...


Namaku Putri. Aku mahasiswi tingkat pertama di sebuah politeknik. Minggu pertama masuk kuliah adalah masa orientasi mahasiswa. Hari pertama digelar expo kegiatan mahasiswa intra kampus. Ada berbagai macam organisasi yang menarik untuk diikuti karena pada dasarnya aku adalah aktivis semenjak SD. Semua pamflet aku ambil untuk kemudian aku pilah mana yang akan aku ikuti. Awalnya ada banyak pilihan yang ingin aku ikuti, tetapi mengingat bahwa diklat lapangan nanti pasti akan berat (karena sudah mahasiswa) maka hanya akan kuambil satu pilihan. Aku sudah capek dengan serangkaian acara orientasi mahasiswa terutama orientasi jurusan yang notabene ajang pamer senioritas. Oleh karena itu ku pilih satu organisasi yang diklatnya pasti tidak berat yaitu “Organisasi Kerohanian Islam Kampus”. Ya, benar ku pikir, mana mungkin orang kerohanian Islam mau marah-marah, bentak-bentak gak jelas, mencari-cari kesalahan saudaranya yang seiman dan menjadikan diklat sebagai ajang pamer senioritas ? Akhirnya, dari niat awal itu aku masuk ke dalam lingkaran Aktivis Dakwah Kampus (sebutan untuk anggota organisasi).

Namaku Putri. Aku menjadi anggota muda aktif di organisasi kerohanian Islam di kampusku. Aku, yang tidak punya latar belakang apa-apa dalam organisasi Islam. Memang, semasa SMA aku sempat memiliki impian untuk mengikuti organisasi kerohanian Islam, sayangnya di SMAku tidak ada organisasi macam itu. Dengan berbekal impian masa dulu, aku berusaha beradaptasi dengan lingkungan organisasi baruku. Organisasi baru yang sebagian besar anggotanya sudah memiliki latar belakang organisasi Islam dulunya. Aku sebenarnya minder dengan keadaanku yang serba kekurangan dalam hal agama. Tapi aku terus berusaha beradaptasi. Beruntungnya aku memiliki seorang sahabat, sebut saja Nisa, yang setia membantuku beradaptasi.

Namaku Putri seorang aktivis dakwah di kampusku. Aku bersemangat di setiap kegiatan organisasiku. Hingga aku menemukan sebuah keganjilan dalam diriku. Aku memang tidak punya latar belakang organisasi Islam sama sekali, tetapi mengapa rasanya aku dibedakan ? Semangatku semakin surut seiring dengan munculnya banyak perbedaan di dalam organisasi Islam yang ku ikuti sekarang. Tapi aku terlanjur cinta dengan organisasi ini. Hmmh, sifat baik yang ku miliki sejak dulu, sebagai organisatoris yang sangat loyal. Aku tidak dapat meninggalkan organisasi ini begitu saja. Sampai akhirnya aku terseret arus pemberontak. Aku masuk ke dalam lingkaran ADK frontal. Yah, tidak ada yang bisa ku salahkan karena keputusanku ini. Aku yang sejak pertama masuk sudah merasa teracuhkan, terbedakan dengan ADK yang lain yang notabene memiliki latar organisasi Islam sebelumnya. Beruntung aku tidak memilih pergi keluar dari organisasi ini seperti teman-temanku yang tersisihkan lainnya.

Namaku Putri. Sekarang menginjak tingkat kedua di kampusku. Hmmh, sudah waktunya menjabat menjadi Badan Pengurus Harian di organisasiku. Sayang, aku bukan termasuk golongan terpilih. Mungkin karena aku sudah dicap sebagai kader frontal. Beruntung aku tidak terlalu memusingkan jabatan itu karena aku berfikir aku masih bisa bergerak, masih bisa membimbing adik-adikku meskipun aku bukan BPH. Sulit sebenarnya menerima kenyataan bahwa aku adalah kader aktif yang tersisihkan bahkan oleh teman-teman seangkatanku sendiri. Apa yang salah dengan backgroundku yang bukan organisator Islam ? Ya, aku memang aktivis sosial sebelumnya. Tapi semangatku yang semula surut kini bangkit lagi melihat adik-adikku yang bersemangat. Aku menjadi yakin bahwa aku bisa memotivasi mereka untuk terus bangkit. Aku tidak mau mereka merasakan apa yang aku rasakan sebelumnya. Jangan sampai mereka juga terseret arus pemberontak seperti diriku. Aku ingin mendampingi mereka sampai mereka benar-benar siap untuk dilepas, tidak ada yang merasa tersisihkan dan tidak ada perpecahan. Senyum mereka adalah semangat bagiku. Dan harapanku kini hanyalah, melihat senyum mereka terkembang ketika mereka berhasil menyukseskan setiap program kerja yang ada dalam organisasi Islam ini. Hamasah !


Sedikit cerita cerminan dari beberapa curahan hati kader kita ^^
Dimana peran kita sebagai senior sangat dibutuhkan oleh yunior kita untuk mendampingi pergerakan mereka. Bersikap adil dalam memberikan perhatian dan penugasan merupakan salah satu cara agar mereka tidak kabur dari organisasi kita. Jangan menegur mereka terlalu keras di depan kader lain. Kita adalah organisasi Islam. Lemah lembut tetapi tegas adalah hal yang sangat dianjurkan di dalam Islam. Jangan memanjakan mereka tetapi jangan juga memprovokasi mereka. Jangan menunjukkan perpecahan di hadapan mereka. Jangan membedakan latar belakang mereka karena di sini mereka sama. Sebagai kader aktif dalam organisasi kita ^^

Kefrontalan (pemberontakan) dari beberapa kader, sadar atau tidak, sebagian besar adalah juga cerminan dari sikap kita selama ini. Sikap kita sebagai senior yang menunjukkan perbedaan bagaikan air dan minyak yang tidak dapat menyatu dengan damai. Ingat, Islam cinta DAMAI ^^. Selain itu, pendampingan kita yang kurang, dan sikap membedakan latar belakang juga sangat mempengaruhi gejolak di dalam diri kader muda kita.

Untukmu wahai kader muda yang akan menjadi senior, jadikanlah ini sebagai bekal koreksi diri untuk pengkaderan selanjutnya. Jadikan kesalahan kami sebagai cambuk untuk menjadi yang lebih baik. Jadilah kader aktif yang pintar , tangguh dan cerdas ! ^^ Hamasah adek ...

Untukmu wahai kakak senior, jadikan pembelajaran ini sebagai introspeksi dalam memotivasi kader muda kita. Peran kita tidak mandek di sini seiring dengan bergantinya jabatan kita menjadi Alumni. Peran kita masih dibutuhkan sebagai motivator mereka yang muda. Biarkan mereka bergerak dan berkreasi. Pantau mereka dengan penuh keikhlasan. Jadilah motivator muda yang profesional dan handal ! ^^ Hamasah kakak ...


BK-ISU&MEDIA Kerohanian Islam Politeknik Negeri Malang
*putri bisa diganti putra ^^