Namaku Putri. Aku
mahasiswi tingkat pertama di sebuah politeknik. Minggu pertama masuk kuliah
adalah masa orientasi mahasiswa. Hari pertama digelar expo kegiatan mahasiswa
intra kampus. Ada berbagai macam organisasi yang menarik untuk diikuti karena
pada dasarnya aku adalah aktivis semenjak SD. Semua pamflet aku ambil untuk
kemudian aku pilah mana yang akan aku ikuti. Awalnya ada banyak pilihan yang
ingin aku ikuti, tetapi mengingat bahwa diklat lapangan nanti pasti akan berat
(karena sudah mahasiswa) maka hanya akan kuambil satu pilihan. Aku sudah capek
dengan serangkaian acara orientasi mahasiswa terutama orientasi jurusan yang
notabene ajang pamer senioritas. Oleh karena itu ku pilih satu organisasi yang
diklatnya pasti tidak berat yaitu “Organisasi Kerohanian Islam Kampus”. Ya,
benar ku pikir, mana mungkin orang kerohanian Islam mau marah-marah,
bentak-bentak gak jelas, mencari-cari kesalahan saudaranya yang seiman dan
menjadikan diklat sebagai ajang pamer senioritas ? Akhirnya, dari niat awal itu
aku masuk ke dalam lingkaran Aktivis Dakwah Kampus (sebutan untuk anggota
organisasi).
Namaku Putri. Aku
menjadi anggota muda aktif di organisasi kerohanian Islam di kampusku. Aku, yang
tidak punya latar belakang apa-apa dalam organisasi Islam. Memang, semasa SMA
aku sempat memiliki impian untuk mengikuti organisasi kerohanian Islam,
sayangnya di SMAku tidak ada organisasi macam itu. Dengan berbekal impian masa
dulu, aku berusaha beradaptasi dengan lingkungan organisasi baruku. Organisasi
baru yang sebagian besar anggotanya sudah memiliki latar belakang organisasi
Islam dulunya. Aku sebenarnya minder dengan keadaanku yang serba kekurangan
dalam hal agama. Tapi aku terus berusaha beradaptasi. Beruntungnya aku memiliki
seorang sahabat, sebut saja Nisa, yang setia membantuku beradaptasi.
Namaku Putri
seorang aktivis dakwah di kampusku. Aku bersemangat di setiap kegiatan
organisasiku. Hingga aku menemukan sebuah keganjilan dalam diriku. Aku memang
tidak punya latar belakang organisasi Islam sama sekali, tetapi mengapa rasanya
aku dibedakan ? Semangatku semakin surut seiring dengan munculnya banyak
perbedaan di dalam organisasi Islam yang ku ikuti sekarang. Tapi aku terlanjur
cinta dengan organisasi ini. Hmmh, sifat baik yang ku miliki sejak dulu,
sebagai organisatoris yang sangat loyal. Aku tidak dapat meninggalkan
organisasi ini begitu saja. Sampai akhirnya aku terseret arus pemberontak. Aku
masuk ke dalam lingkaran ADK frontal. Yah, tidak ada yang bisa ku salahkan
karena keputusanku ini. Aku yang sejak pertama masuk sudah merasa teracuhkan,
terbedakan dengan ADK yang lain yang notabene memiliki latar organisasi Islam
sebelumnya. Beruntung aku tidak memilih pergi keluar dari organisasi ini seperti
teman-temanku yang tersisihkan lainnya.
Namaku Putri.
Sekarang menginjak tingkat kedua di kampusku. Hmmh, sudah waktunya menjabat
menjadi Badan Pengurus Harian di organisasiku. Sayang, aku bukan termasuk
golongan terpilih. Mungkin karena aku sudah dicap sebagai kader frontal.
Beruntung aku tidak terlalu memusingkan jabatan itu karena aku berfikir aku
masih bisa bergerak, masih bisa membimbing adik-adikku meskipun aku bukan BPH.
Sulit sebenarnya menerima kenyataan bahwa aku adalah kader aktif yang tersisihkan
bahkan oleh teman-teman seangkatanku sendiri. Apa yang salah dengan
backgroundku yang bukan organisator Islam ? Ya, aku memang aktivis sosial
sebelumnya. Tapi semangatku yang semula surut kini bangkit lagi melihat
adik-adikku yang bersemangat. Aku menjadi yakin bahwa aku bisa memotivasi
mereka untuk terus bangkit. Aku tidak mau mereka merasakan apa yang aku rasakan
sebelumnya. Jangan sampai mereka juga terseret arus pemberontak seperti diriku.
Aku ingin mendampingi mereka sampai mereka benar-benar siap untuk dilepas,
tidak ada yang merasa tersisihkan dan tidak ada perpecahan. Senyum mereka
adalah semangat bagiku. Dan harapanku kini hanyalah, melihat senyum mereka
terkembang ketika mereka berhasil menyukseskan setiap program kerja yang ada
dalam organisasi Islam ini. Hamasah !
Sedikit cerita
cerminan dari beberapa curahan hati kader kita ^^
Dimana peran kita
sebagai senior sangat dibutuhkan oleh yunior kita untuk mendampingi pergerakan
mereka. Bersikap adil dalam memberikan perhatian dan penugasan merupakan salah
satu cara agar mereka tidak kabur dari organisasi kita. Jangan menegur mereka
terlalu keras di depan kader lain. Kita adalah organisasi Islam. Lemah lembut
tetapi tegas adalah hal yang sangat dianjurkan di dalam Islam. Jangan
memanjakan mereka tetapi jangan juga memprovokasi mereka. Jangan menunjukkan
perpecahan di hadapan mereka. Jangan membedakan latar belakang mereka karena di
sini mereka sama. Sebagai kader aktif dalam organisasi kita ^^
Kefrontalan
(pemberontakan) dari beberapa kader, sadar atau tidak, sebagian besar adalah
juga cerminan dari sikap kita selama ini. Sikap kita sebagai senior yang
menunjukkan perbedaan bagaikan air dan minyak yang tidak dapat menyatu dengan
damai. Ingat, Islam cinta DAMAI ^^. Selain itu, pendampingan kita yang kurang,
dan sikap membedakan latar belakang juga sangat mempengaruhi gejolak di dalam
diri kader muda kita.
Untukmu wahai
kader muda yang akan menjadi senior, jadikanlah ini sebagai bekal koreksi diri
untuk pengkaderan selanjutnya. Jadikan kesalahan kami sebagai cambuk untuk
menjadi yang lebih baik. Jadilah kader aktif yang pintar , tangguh dan cerdas !
^^ Hamasah adek ...
Untukmu wahai
kakak senior, jadikan pembelajaran ini sebagai introspeksi dalam memotivasi
kader muda kita. Peran kita tidak mandek di sini seiring dengan bergantinya
jabatan kita menjadi Alumni. Peran kita masih dibutuhkan sebagai motivator
mereka yang muda. Biarkan mereka bergerak dan berkreasi. Pantau mereka dengan
penuh keikhlasan. Jadilah motivator muda yang profesional dan handal ! ^^
Hamasah kakak ...
BK-ISU&MEDIA
Kerohanian Islam Politeknik Negeri Malang
*putri bisa diganti putra ^^